Demak, Matapadma — Status Masjid Agung Demak, Jawa Tengah sebagai situs bersejarah terus mengalami peningkatan. Setelah sebelumnya diakui sebagai masjid bersejarah peninggalan para Wali Songo, pada tahun 2019 masjid ini secara resmi ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kini, upaya tengah dilakukan untuk mengusulkan Masjid Agung Demak sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Proses pengajuan ini difasilitasi oleh Kementerian Kebudayaan bersama Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Republik Indonesia, yang bertindak sebagai penanggung jawab utama. Saat ini, tahapan masih berada dalam proses kajian akademik, yang melibatkan berbagai kalangan akademisi serta lembaga pemerintah lintas sektor. Proses ini ditargetkan selesai dalam waktu kurang dari lima tahun.
“Jika status ini berhasil diraih, maka keberadaan Masjid Agung tidak hanya menjadi tanggung jawab nasional, tetapi juga tanggung jawab masyarakat dunia,” ujar Ketua Takmir Masjid Agung Demak, Nur Fauzi, usai mengikuti upacara Hari Santri di Alun-Alun Demak, Rabu (22-10-2025).
Nur Fauzi menjelaskan bahwa jika Masjid Agung Demak ditetapkan sebagai Warisan Dunia, maka keberadaannya akan dilindungi oleh ketentuan internasional. Termasuk di antaranya adalah larangan melakukan renovasi tanpa izin resmi, serta pengawasan ketat terhadap pelestarian bentuk dan struktur aslinya.
Bulan Bahasa 2025, SMAN 1 Wedung Gali Potensi dan Kreativitas Siswa Lewat Delapan Lomba
Selain itu, status sebagai Warisan Dunia juga diyakini akan berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, ia menekankan bahwa kunjungan wisata harus tetap mengikuti SOP dan norma-norma Islam yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Selain proses pengajuan status Warisan Dunia, pemerintah saat ini juga tengah melaksanakan program revitalisasi besar-besaran terhadap Masjid Agung Demak dan kawasan sekitarnya. Proyek ini terbagi dalam dua fokus utama: revitalisasi situs masjid dan penataan kawasan pendukung.
Selama satu bulan terakhir, telah dilakukan pendataan fisik secara menyeluruh di lapangan. Data ini akan diserahkan kepada tim perencana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk ditindaklanjuti ke tahap proses lelang. Diharapkan pelaksanaan pembangunan fisik dapat dimulai pada awal tahun 2026.
Revitalisasi ini didorong oleh keprihatinan terhadap kondisi fisik masjid yang terakhir direnovasi pada periode 1984–1987. Berdasarkan hasil kajian Balai Pelestarian Kebudayaan pada tahun 2023, ditemukan adanya indikasi kerusakan struktural, seperti kemiringan menara serta kemiringan salah satu soko guru (pilar utama) yang mencapai 0,5 derajat.
Tujuan revitalisasi tidak hanya untuk memperbaiki kerusakan, tetapi juga untuk mengembalikan keaslian bentuk bangunan. Salah satu langkah yang diambil adalah menghilangkan lapisan cat agar tekstur asli kayu jati kembali terlihat. Hal ini penting untuk mempertahankan nilai sejarah dan keaslian arsitektur masjid.
“Kalau dicat dan didempul, keasliannya tidak terlihat. Kita ingin yang rusak tampak rusak, yang baik terlihat baik. Ini semangat menjaga keutuhan,” ujar Nur Fauzi.
Proyek revitalisasi ini melibatkan berbagai pihak lintas kementerian dan lembaga teknis, mengingat posisi Masjid Agung Demak yang sangat penting sebagai simbol peradaban Islam di Nusantara dan warisan budaya yang tak ternilai.
Dengan peningkatan status dan pelestarian yang terus dilakukan, masyarakat sekitar diharapkan dapat merasakan manfaat langsung, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Peningkatan kunjungan wisata religi berpotensi membuka peluang usaha baru, menggerakkan sektor UMKM, dan memperkuat identitas budaya lokal.
Baca Juga : Sindikat Pencurian Mesin Traktor di Demak Terbongkar, Korban Temukan Barangnya di Marketplace
Kunjungi Youtube : Matapadma
Hari ini : 380
Bulan ini : 16690
Tahun ini : 114238
Total Kunjungan : 271190
Who's Online : 3