Demak, Matapadma– Paguyuban Pathokjogo Joyo Kusumo, yang juga dikenal dengan nama Paguyuban Trah Palang Nagoro Dzuriyah Sunan Kalijaga, hadir sebagai wadah bagi dzuriyah atau keturunan Kanjeng Sunan Kalijaga yang berada di luar Kadilangu. Paguyuban ini membawa misi utama menjaga marwah serta keluhuran ajaran Kanjeng Sunan Kalijaga sekaligus menjadi penengah dalam konflik berkepanjangan di lingkungan pengelola kawasan Kadilangu, Demak.
Sekretaris Paguyuban Pathokjogo Joyo Kusumo, Sugiarto, menjelaskan bahwa lahirnya paguyuban ini berangkat dari keprihatinan terhadap konflik yang terus terjadi di Kadilangu. Perselisihan antar pengageng atau pengelola dianggap telah mencederai keharmonisan di antara dzuriyah serta mengganggu fokus pengembangan syiar budaya peninggalan Sunan Kalijaga.
“Pathokjogo Joyo Kusumo hadir bukan untuk berebut kekuasaan, tetapi untuk ngerukunke (merukunkan) pihak-pihak yang berkonflik. Kami ingin menjaga marwah Kanjeng Sunan Kalijaga agar tidak tercoreng,” ungkap Sugiarto saat didampingi Raden Sri Aji Tafsir Anom dan Ketua Paguyuban Pathokjogo Joyo Kusumo, Nur Amin, di Kantor Sekretariat Paguyuban Pathokjogo Joyo Kusumo, Desa Kalisari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (28-10-2025).
Satgas Pangan dan Dinas Ketahanan Pangan Tinjau Harga Beras di Pasar Bintoro Demak
Sementara itu, Raden Sri Aji Tafsir Anom atau Sesepuh Pathokjogo Joyo Kusumo, menjelaskan secara filosofis bahwa nama Pathokjogo Joyo Kusumo memiliki makna mendalam. Pathokjogo menggambarkan sosok santri yang memiliki pendirian kuat dan kokoh dalam menjaga harga diri serta prinsipnya. Adapun Joyo Kusumo melambangkan keharuman budi dan keteladanan, diibaratkan seperti bunga yang semerbak harum.
“Santri Pathokjogo harus memiliki pendirian yang kuat. Dari situ akan muncul Joyo Kusumo, yakni keharuman budi yang menjadi simbol kebaikan dan keteladanan. Filosofi ini bukan sekadar nama, tetapi semangat untuk mendidik santri agar bisa mikul dhuwur mendem jero terhadap para leluhur, terutama Kanjeng Sunan Kalijaga,” jelasnya.
Nur Amin menambahkan dalam menjalankan kiprahnya, paguyuban ini juga aktif mengembangkan kegiatan keagamaan dan kebudayaan di berbagai desa, seperti sholawatan, tahlilan, manaqiban, serta berbagai kegiatan sosial lainnya. Kegiatan tersebut menjadi sarana pendidikan spiritual bagi para santri agar senantiasa meneladani nilai-nilai kebijaksanaan Sunan Kalijaga.
Ia mengatakan, Paguyuban Pathokjogo Joyo Kusumo juga telah menempuh berbagai upaya untuk mendamaikan pihak-pihak yang berselisih di Kadilangu. Upaya itu dilakukan melalui pengiriman surat resmi, pertemuan dengan kasepuhan, hingga penyampaian aspirasi kepada lembaga legislatif. Namun, hingga kini upaya tersebut belum mendapatkan tanggapan yang berarti.
Pemkab Demak dan Kementerian Sosial Salurkan Bantuan untuk Difabel dan Anak Stunting
“Kami sudah menyurati tiga kali, bertemu beberapa pihak, bahkan sampai ke ranah DPR. Tapi sejauh ini belum ada respons. Padahal tujuan kami jelas: ingin rukun dan menjaga nama baik Kadilangu yang sakral,” ujar Nur Amin.
Nur Amin menegaskan bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga bukan hanya milik dzuriyah semata, melainkan juga milik publik dan warisan spiritual bangsa. Oleh karena itu, semua pihak diharapkan dapat menurunkan ego masing-masing dan menempatkan kepentingan pelestarian budaya serta keteladanan wali sebagai prioritas utama.
“Kalau benar-benar dzuriyah, seharusnya bisa mikul dhuwur mendem jero. Mari kita tinggalkan ego dan permusuhan agar anak cucu kelak bisa mewarisi sejarah yang baik, bukan dendam dan perpecahan,” tegasnya.
Baca Juga : Dzuriyah Sunan Kalijaga Desak Perbaikan Pengelolaan Kadilangu, DPRD Demak Siap Fasilitasi Musyawarah
Kunjungi Youtube : Matapadma












Hari ini : 380
Bulan ini : 16690
Tahun ini : 114238
Total Kunjungan : 271190
Who's Online : 2